Senin, 21 September 2009

Kesenian Sunda Diperhatikan ?


KALAU KITA berada di kota mendengar tembang Sunda Cianjuran atau gelik kecapi suling dari kaset, dipastikan pikiran akan membayangkan ke suatu perkampungan, dengan hamparan sawah dan perkebunan yang hijau. Hati pun akan tentram. Bisa jadi di zaman kesulitan ekonomi seperti sekarang, kesenian Sunda merupakan salah satu alternatif pengobat stres.
Namun masih ada sebagian orang sunda menyebutnya kesenian kampungan. Mereka lebih cenderung mengagumi kesenian dari Barat (musik rock dengan berjingkrak-jingkrak di pentas ala cacing kepanasan). Padahal yang mencemooh itu pituin orang Sunda yang semestinya mencintai budayanya sendiri.
Kembali pada tembang Sunda Cianjuran, sosok budayawan Moch. Rustandi Kartakusumah, pernah mengatakan tembang Sunda Cianjuran adalah kesenian adi luhung tiada bandingannya, bahkan dirinya kalau mendengar Cianjuran sambil menitikan air mata. Seorang dosen di perguruan tinggi pernah mengatakan, ketika merampungkan kuliah tingkat doctoral di Perancis, menyetel kaset Cianjuran yang dibawanya dari Bandung. Ternyata belajarnya lebih bersemangat dan langsung teringat pada kampung halamannya.
Tembang Sunda Cianjuran, pada umumnya kesenian Sunda, ternyata punya kelebihan tersendiri bagi yang merasakannya. Oleh karena itu, sebagai orang Sunda, beruntung masih ada beberapa tokoh seniman sunda seperti Apung SW, Nano S dll. Hanya yang menjadi pertanyaan, bagaimana dikalangan pejabat Sunda? Pedulikah pada kesenian Sunda? . Dan ironisnya mengapa kesenian Sunda di berbagai Tivi swasta jarang di tayangkan?. Nah pertanyaan itu patut direnungkan oleh para elit Sunda. Memang sebagian orang masih ada yang mencemooh atau kurang peduli pada kesenian Sunda. Tetapi perlu diketahui, Kesenian Sunda sudah merambah dunia, seperti kecapi suling, wayang golek, Jaipongan , angklung. “Alhamdulillah saya pernah ikutan festival meniup suling di Jepang dan Alhamdulillah dapat juara ,” kata Endang Sukandar peniup suling asal Bandung.
Sebenarnya tidak hanya Endang yang mengangkat martabat kesenian Sunda. Sosok ki dalang Asep Sunandar Sunarya pun sudah bisa mengangkat kesenian wayang golek di mata orang asing. Melihat kenyataan itu, sebaiknya remaja Sunda harus ikut bangga dan peduli terhadap keseniannya sendiri. Adalah sangat keterlaluan dalam sekeluarga pituin Sunda, ada terselip seorang anaknya fanatik pada kesenian Barat. Begitupun sehari-harinya bicara kasar. Melihat kenyataan itu, merupakan tugas para seniman Sunda untuk merangkulnya dan melakukan pembinaan dalam berkesenian.
Tetapi belakangan ini kesenian Sunda dalam perkembangannya cukup menggembirakan manakala ada anak beberapa pejabat di bangku kuliahnya bergabung ke Unit lingkung Seni Sunda (LSS). Juga TVRI Jawa Barat Dan Banten masih eksis menayangkan acara kesenian. Akhirnya penulis berharap para pejabat pituin Sunda di balik kesibukannya sedikit memperhatikan pada kesenian tradisionil Sunda. Semoga.
- 26 Agustus 2009

Sumber :
Ida. Rukmana RK
23 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar